Berita
Sikap Mental Jalan Pintas
SMP | 2020-08-11Oleh. Valentino Hutabarat
Sebuah pepatah berbunyi, “berakit-rakit kita ke hulu, berenang-renang kita ketepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian” yang berarti adalah bersakit-sakit dahulu lalu bersenang-senang kemudian.
Dikisahakan disebuah kampung yang bernama Tarutung, ada seorang yang bernama Ucok yang sama sekali tidak bisa bermain gondang batak/gendang. Dia ingin bisa bermain gondang tersebut. Maka, datalah ia kepada seorang guru musik dan bertanyak, “Berapa uang kursus untuk belajar gondang batak Pak?” “jawab guru tersebut 300.000 untuk bulan pertama dan 200.000 untuk dibulan berikutnya.” Astaga! Mahal sekali! Ucok berpikir sejenak, lalu ia memutuskan, “Baik! Aku mendaftar. Tapi mulai bulan kedua saja ya!
Cerita diatas adalah tentang mental jalan pintas, yang berarti mau jadi pandai tapi tidak mau bayar, mau jadi pandai tapi tidak mau belajar sungguh-sungguh. Sikap seperti ini adalah hambatan terbesar dalam proses belajar seorang siswa. Siswa mau menjadi pandai tetapi tidak mau berkorban, berlajar dengan serius, berjerih payah dan menderita.
Apa itu sikap metal jalan pintas?
Sikap mental jalan pintas adalah sikap yang mau cari gampang saja tanpa berusaha keras. Cerita Ucok di atas adalah sikap yang mau cari gampang. Ingin menjadi pandai tetapi tidak mau tidak mau berkorban. Siswa yang dari kanak-kanak hidup dalam kemudahan dalam pelbagai hal akan memiliki mental bahwa hidup ini serba mudah dan gampang. Segala hal yang dia mau bisa diperolehnya dengan muda tanpa usaha atau kerja keras. Sehingga dia beranggapan bahwa kepandaian bisa diperoleh tanpa perjuangan. Ingin menjadi pandai tetapi tidak mau bersunguh-sungguh, tidak mau berkorban waktu, tenaga, uang. Namun lebih senang bermain gadget daripada belajar. Padahal kesediaan kita untuk menderita demi menjadi pandai adalah dasar utama dalam kesuksesan belajar kita.
Siswa yang mau pintar harus mau menderita. Siswa yang mau ahli dalam suatu bidang harus mau belajar dengan sunggu-sungguh. Dan siswa yang mau belajar adalah siswa yang bersedia menderita, berjerih lelah dan berkorban. Ingat untuk belajar tidak ada jalan pintas dan tidaklah instan. Jadi, kalau kita mau menjadi siswa yang pintar maka konsekuensinya adalah bersedia untuk menderita, berjerih lelah dan berkorban dalam belajar. Senada dengan bunyi pepatah diatas kalau kita mau berenang-renang ke tepian, kita tida bisa menempuh jalan pintas, kita harus berakit-rakit dahulu ke hulu. (VH)
Maju Trus Bersama Sekolah Kristen Aletheia Meraih Prestasi Gemilang