Berita
Asal Usul Batik Indonesia
SMP | 2022-10-17Oleh: Nadin Hadinata
Batik adalah kain Indonesia bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki
kekhasan. sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009. Sejak saat itu, 2 Oktober ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional.
Batik adalah hasil karya bangsa Indonesia yang merupakan perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia. Batik Indonesia dapat berkembang hingga sampai pada suatu tingkatan yang tak ada bandingannya baik dalam desain/motif maupun prosesnya. Corak ragam batik yang mengandung penuh makna dan filosofi akan terus digali dari berbagai adat istiadat maupun budaya yang berkembang di Indonesia. Motif Batik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, motif adalah corak atau pola. Motif adalah suatu corak yang di bentuk sedemikian rupa hinga menghasilkan suatu bentuk yang beraneka ragam.
Kain batik mulanya berkembang di lingkungan keraton. Pola dan ragam hiasnya kental pengaruh Hindu dan Islam. Batik tulis dikenakan sebagai busana raja dan keluarganya, dengan motif seperti kawung, parang, sawat, cemungkiran, alas-alasan. Motif ini sering disebut sebagai “pola larangan”. Sementara batiknya lebih dikenal dengan batik keraton.
Setelah Perjanjian Giyanti pada 1755, berbagai pola ragam hias berkembang secara terpisah di dua keraton: Yogyakarta dan Surakarta.
Masing-masing keraton menampilkan matra keindahan dan gaya berbeda.
Batik rupanya menarik hati para perempuan Indo. Bukan hanya mengenakannya sebagai busana sehari-hari, mereka juga membuat batik sendiri yang kemudian dikenal sebagai batik Belanda. Pembuatan batik berkembang pesar setelah masuknya orang Tionghoa. Produksi batik Belanda maupun Tionghoa terpusat di kota-kota pesisir utara Jawa seperti Pekalongan, Cirebon, dan Lasem. Corak dan motif batik kian berkembang. Pemakaiannya pun kian meluas; dipakai semua kalangan.
Motif batik adalah corak atau pola yang menjadi kerangka gambar pada batik berupa perpaduan antara garis, bentuk dan isen menjadi satu kesatuan yang mewujudkan batik secara keseluruhan. Motif-motif batik itu antara lain adalah motif hewan, manusia, geometris, dan motif lain. Motif batik sering juga dipakai untuk menunjukkan status seseorang. Membatik merupakan tradisi turun-menurun. Karena itu, sering motif batik manjadi ciri khas dari batik yang diproduksi keluarga tertentu.
Ragam corak dan warna batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh budaya lokal dan asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu, misalnya kalangan keraton. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh etnis Tionghoa, yang juga memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip), benda-benda yang dibawa penjajah (gedung atau kereta kuda), dan warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat karena biasanya masing-masing corak memiliki arti atau lambang masing- masing.
Dahulu, proses pewarnaan batik masih menggunakan bahan-bahan alami yang bersumber dari daun, batang, hingga akar dari berbagai jenis tanaman, seperti pohon nila, pohon soga tingi, kayu tegeran, kunyit, kesemumba, dan akar mengkudu. Seiring waktu, proses pewarnaan batik juga menggunakan pewarna kimia. Meski demikian, masih banyak sentra industri batik yang menggunakan pewarna alami untuk menjaga kualitas kain batik yang dihasilkan.
Perkembangan industri batik di Indonesia yang pesat secara tidak langsung memperkaya motif batik Nusantara. Meski harus bersaing dengan batik-batik impor yang harganya lebih murah, batik Nusantara masih memiliki penggemar setianya. Motif batik Nusantara tidak hanya kaya dalam segi jumlah, tapi juga kaya akan makna filosofis yang melingkupinya. Tidak salah jika UNESCO pada 2 Oktober 1999 menetapkan batik sebagai warisan budaya Indonesia untuk dunia.