Berita

Laporan Hasil Observasi (LHO) Kelas VII B Alat Tenun Desa Sukarare

Laporan Hasil Observasi (LHO) Kelas VII B Alat Tenun Desa Sukarare

SD-SMP | 2017-11-29

Desa Sukarare dalah desa yabg terdapat di Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Desa ini terkenal dengan sebutan Desa Tenun, karena di desa ini tempat pembuatan kain tenun secara tradisional. Di sini juga merupakan salah satu dari sedikit tempat yang masih menganut kebudayaan Suku Sasak yang terkenal dengan alat tenunnya yang masih tradisional.

Alat tenun dalam Bahasa Sasak disebut penyesek. Alat ini berguna untuk menghasilkan kain tenun. Kain tenun ini biasanya dibuat dari buah pohon kapuk (Ceiba pentandra) nantinya akan dipintal menjadi benang. Benang tersebut nantinya akan diwarnai dengan pewarna alami, tapi terkadang juga menggunakan pewarna buatan. Pewarna alaminya biasanya dari bahan alami, yaitu daun kangkung ( Ipomoea aquatica) untuk pewarna hijau, daun sirih (Piper ornatum) untuk pewarna merah, kunyit (Turneric) untuk pewarna kuning, mengkudu (Mirinda citrifonela) untuk pewarna biru, dan lain-lain.

Biasanya yang menjadi penenun adalah perempuan. Mereka telah diajarkan menenun dari umur 11 tahun. Mereka melakukan ini agar cepat mendapat pasangan hidup.

Alat tenun memiliki banyak bagian, seperti ; Anek untuk mengukur benang, Penengol untuk membuat motif kain, Pendiring untuk menaruh benang, Berire digunakan untuk merapatkan benang, Andir digunakan untuk menggulung benang, Lekon untuk menahan pinggang dalam proses menenun. Masih banyak lagi bagian-bagiannya, seperti; Penggun, Batang, Jajak, Penggulung, Tutuk, dan Wede.

Dalam sekali pembuatan, kain tenun yang dibuat memiliki panjang 2 m dan lebar 60 cm. Dalam proses pembuatan 1 kain, dibutuhkan waktu 2 minggu sampai 2 bulan berdasarkan kesulitan tiap motifnya. Motif-motifnya adalah Subahnale, Ular Naga, Keker, Kembang Delapan, Rangrang, Bulan, Tokek, dan Kembang Empat. Harga kainnya pun berbeda-beda. Untuk motif yang mudah seperti Rangrang, harganya berkisar Rp. 150.000,-. Untuk motif yang sulit pembuatannya seperti Subahnale, harganya bisa mencapai Rp. 3.500.000,-.

Setiap kain tenun memililiki filosofi yang berbeda-beda.Salah satunya Subahnale biasanya digunakan oleh masyarakat Suku Sasak untuk pakaian dalam perkawinan dan digunakan sebagai mahar dalam maskawin untuk perempuan yang dilamar. Masih banyak lagi kegunaan motif kain tenun yang lain.

Jadi, pulau seribu masjid ini masih memiliki banyak budaya indah yang belum dieksplor lebih jauh dan tidak dapat terlepas dari sejarah mistik dan tradisi uniknya. Seperti kain tenun khas Sasak di Desa Sukarara ini. Mari kita melestarikan dan mengenalkannya ke masyarakat luas agar budaya ini semakin dikenal masyarakat universal.

Kelompok WAGE:

  • Wilson Noel Prajna Suharlim /23
  • Ariel Sakke Tira /04
  • Gerhat Karol Sardo Jonathan Sitorus /08
  • Edwin Sanjaya /07

Admin Website

Admin website akan menginput semua data ke dalam website SKA Ampenan. Jika anda memiliki artikel atau foto dan info menarik mengenai SKA Ampenan dan ingin dimuat dalam website ini silahkan hubungi admin di [email protected]

Ikuti Kami

Veritas, Libertas, Caritas

KEBENARAN, KEMERDEKAAN, CINTA KASIH Menghasilkan anak didik yang mencintai Tuhan, berperilaku dan bersikap santun, berjiwa mandiri, cerdas, serta siap menghadapi tantangan zaman.

Youtube Channel

Facebook Page


Kontak Kami

[email protected]
Jl. Majapahit No.47, Taman Sari, Ampenan, Mataram City, West Nusa Tenggara 83114. Buka Google Map

Kebijakan Privasi

Kotak Surat


Copyright © Rounin Visual
Sekloah Kristen Aletheia Ampenan